Assalamualaikum. Selamat Datang. Blog Ini Dibuat Untuk Berbagi Pengalaman di Bidang Matematika, Biologi dan Kepenulisan

Sabtu, 17 September 2016

Miss, Tolong Bacakan Agar Ana Hafal!


(source : google.com)
Menjadi seorang guru di suatu sekolah adalah dambaan dan memang alasan utama saya untuk mengambil studi S1 kependidikan. Saya merasa dengan menjadi guru di sekolah saya bisa menciptakan suasana pembelajaran sesuai dengan apa yang saya inginkan dengan menerapkan berbagai metode yang telah saya kuasai, mungkin ini bertentangan dengan mereka yang menjadi guru di sebuah lembaga pendidikan non formal.

Hari ini, tepat 11 bulan saya menjadi seorang guru di sekolah ini. Sekolah yang pertama kali memberi label sebagai guru sekolah setelah dua tahun menjadi seorang pengajar. Selain itu, karena jarak rumah dengan sekolah ini cukup jauh, saya memutuskan untuk tinggal dengan peserta didik di asrama, sehingga bukan hanya bidang yang saya ambil saat perkuliahan saja yang saya ajarkan, juga bidang lain yang lebih berhubungan dengan keagamaan seperti mendampingi program hafalan Quran peserta didik, ataupun bimbingan akhlaq. Sehinga banyak sekali pengalaman unik yang saya dapatkan baik itu sangat menyenangkan ataupun mengharukan, salah satunya pengalaman saya bersama salah satu peserta didik dampingan saya di program hafalan Quran.

Sebut saja Salwa, dia merupakan salah satu anggota kelompok program hafalan Quran yang saya dampingi. Di bidang pelajaran umum maupun diniyah, Salwa sudah dikenal sebagai peserta didik yang perlu pengawasan dan bimbingan ekstra karena kemampuan dia dalam menangkap pelajaran membutuhkan waktu yang lebih lama ketimbang peserta didik lainnya. Suatu tantangan yang cukup besar menurut saya jika harus mendampingi program hafalan Qurannya juga, tetapi saya berusaha semaksimal mungkin untuk membantunya menghafal.

Sekolah ini mewajibkan setiap peserta didik untuk hafal minimal 3 juz dalam waktu tiga tahun dengan juz 30 sebagai juz yang pertama kali dihafal, sehingga minimal satu juz per tahunnya yang harus dihafal. Untuk peserta didik yang lain, menghafal satu juz tidak memerlukan waktu sampai satu tahun, bahkan ada yang hanya dalam waktu 3 bulan saja sudah selesai. Awalnya saya yakin bahwa dengan mengikuti alur dan teknik menghafal Salwa adalah langkah yang tepat, saya khawatir anak ini akan down jika terlalu diburu-buru atau dipaksakan dengan metode yang saya tahu. Saya biarkan dia untuk mencari ruang yang nyaman dan tenang untuk menghafal, dia hanya menghampiri saya untuk membenarkan pelafalan dan penyetoran. Proses penghafalan dari surat An-Nas hingga surat Al-Zalzalah sangatlah lancar dan saat penyetoranpun dia menghafal dengan lancar tanpa terbata-bata. “Miss, ternyata mudah yah menghafal itu. Alhamdulillah ana bisa cepat menghafal surat-surat ini, ya emang karena ana sering baca surat ini ketika solat, hehe”. Mendengar semangatnya, membuat saya semakin optimis bahwa dibalik keterbatasan dia dibidang lain, pasti dibidang ini dia bisa menjadi dirinya yang terbaik.

Akan tetapi, tantangan justru baru dimulai dari penghafalan surat Al-Bayyinah. Salwa mulai kesulitan menghafal, dalam sehari dia hanya bisa menghafal satu ayat saja itupun saat proses penyetoran dia masih belum lancar, beberapa bagian dia terlupa. Salwa mulai mengendur semangatnya. “Aduh miss, kok sekarang rasanya susah banget untuk menghafal? Kok ana harus lemah disemua bidang yah?” keluh Salwa sambil sedikit menguraikan air mata. Jujur saja saya ikut sedih, tapi berusaha untuk terus memotivasinya dan menguatkan dia untuk tidak menjadi pribadi yang lemah serta meyakinkan dia bahwa semua orang itu pasti bisa melakukan semua hal yang diusahakan.

Kegelisahan dan kekhawatiran Salwa tentang proses hafalannya memuncak saat ujian semester ganjil mulai mendekat yang mengharuskan peserta didik minimal telah menyetorkan setengah juz. Bagi Salwa syarat ini cukup berat karena hafalannya masih dibawah sepertiganya. Saya sebagai pendampingnya pun ikut khawatir dan mendorong saya untuk mengadakan pertemuan dengan koordinator Tahfidz untuk membahas permasalahan yang dihadapi peserta didik seperti Salwa. Beruntung, koordinator Tahfidz berbaik hati untuk memberikan dispensasi untuk Salwa. Khusus untuk peserta didik seperti Salwa tidak ada target minimal yang harus dicapai pada semester ganjil, namun koordinator tetap mengharuskan Salwa untuk bisa selesai menghafal satu juz di akhir semester genap nanti. Meski tetap terasa berat, setidaknya ada angin segar yang membuat Salwa tidak mengeluh terus bahkan frustasi. Alhamdulillah, segala puji hanya untuk Alloh SWT., meski tidak bisa mencapai target setengahnya namun dia bisa mencapai target sepertiga juz yang disepakati antara saya dan Salwa.

Semester pun berganti ke semester genap namun kekhawatiran saya pada Salwa belum bisa berganti menjadi ketenangan. Saya berusaha untuk mencari solusi yang efektif untuk anak ini. Saya kemudian mencoba men-share-kan permasalahan ini di grup diskusi guru yang saya ikuti, alhamdulillah beberapa guru disana ada yang juga sebagai pendamping hafalan Quran. Saran mereka beragam, ada yang menyarankan untuk memutar murotal surat yang dihafal dari kaset atau media lain, solusi ini memang bagus namun terkendala dengan medianya, peserta didik dilarang membawa alat elektronik. Selain itu ada juga yang menyarankan menghafal dengan teknik gerakan namun cara ini perlu teknik khusus dari pelatih yang profesional. Terakhir ada yang menyarankan dengan teknik dilafalkan. Teknik ini menuntut pendamping untuk membacakan dengan jelas dan lantang ayat-ayat yang sedang dihafal secara berulang-ulang kemudian ditiru oleh peserta didik. Saya merasa cara ini mudah meski terlihat akan cukup menyibukan diri. Saya putuskan untuk mencoba cara ini, namun untuk meyakinkan diri bahwa cara ini bisa efektif saya putuskan juga untuk melakukan konsultasi dengan orang tuanya. Alloh memang Maha Pemeberi Petunjuk, Ibu Salwa berkata bahwa memang anaknya memiliki kesulitan dalam memahami dan menghafal namun kekurangan anaknya itu bisa diatasi jika ada yang mau mempraktekannya. Ibunya bercerita bahwa dulu Salwa selalu di tegur guru sekolah dasarnya karena selalu salah dalam melakukan wudhu padahal materi wudhu sudah dijelaskan dengan jelas, lalu Ibunya langsung memperlihatkan cara wudhu yang benar di depan Salwa hingga tiga kali, dan memang benar Salwa bisa mengikutinya dan kini cara berwudhunya berangsur benar. Mendengar pengalaman Ibunya itu, saya makin percaya diri dengan keputusan saya untuk memakai cara tadi.

Sejak saat itu, setiap jadwal program hafalan Quran, saya selalu meminta Salwa untuk duduk di depan saya, saya mulai melafalkan ayat yang harus dia hafal sebanyak tiga kali, Salwa mendengarkan sambil melihat mushaf. Saya kembali melafalkan ayat yang sama dan kali ini Salwa hanya mendengarkan tanpa melihat mushaf, di pelafalan saya yang kelima hingga ke sepuluh saya meminta dia untuk mengikuti pelafalan saya. Setelah pelafalan yang ke-10 saya minta dia untuk mengulanginya hingga 20 kali. Saya melakukan hal seperti ini bersama Salwa disetiap ayat yang harus dia hafal. Alloh Maha Memudahkan, kini ayat sesulit atau sepanjang apapun dia bisa hafal tanpa mengeluh, sehari dia bisa menghafal hingga delapan ayat jika ayatnya pendek-pendek. Kepercayaan dirinya kini kembali.

Sekarang, setiap sore saat jadwal program hafalan dan tanpa disuruh Salwa langsung menghampiri saya, “Miss, tolong bantu bacakan ayat-ayat ini yah biar ana cepet hafal” ujarnya sambil tersenyum dan dengan mata yang berbinar. Melihat ekspresi Salwa yang seperti itu ada rasa haru dan gembira yang begitu besar dalam hati, rasa banggapun terselip diantaranya. Bangga karena bisa memiliki anak didik seperti Salwa yang tak pernah terpuruk karena kelemahan yang dia miliki. Rasa syukurpun tak hentinya saya panjatkan pada Illahi, karena diberi kesempatan untuk belajar dan memahami situasi seperti ini dan mendapatkan pengalaman luar biasa seperti ini. Saya makin yakin bahwa Alloh tidak akan membiarkan umatnya kesulitan apalagi yang sedang berjuang di jalan Agung-Nya. Kedepannya akan ada Salwa-Salwa lain atau yang lebih unik dan luar biasa istimewanya, semoga dengan awal yang seperti ini akan Alloh bukakan ribuan pintu petunjuk untuk menghadapi semuanya.

Ujian kenaikan kelas telah berlangsung, batas waktu penyelesaian hafalan juz 30 tinggal tiga mingguan lagi dan tinggal satu surat lagi yang harus Salwa hafalkan. Salwa sangat optimis bahwa dia bisa menyelesaikannya kurang dari satu minggu. “Semoga Alloh selalu memberimu kemudahan dalam setiap hal, Nak!” doaku dalam hati.

Tulisan ini diapresiasikan sebagai rasa bangga saya terhadap semua anak didik saya yang tak pernah lelah berjuang untuk meraih ilmu yang bermanfaat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar