![]() |
(source : google.com) |
Yah, inilah
kisah seorang gadis penuh harapan, percaya diri dan memiliki pemikiran yang
matang untuk masa depannya. Setiap harinya dan setiap detiknya dia habiskan
untuk menorehkan rangkaian huruf A di transkrip nilainya. Tak tanggung-tanggung,
dia akan segera protes kepada tiap dosen saat nilainya mendapat B. Dia rela
melakukan perbaikan demi menyempurnakan rantai A-nya.
Meski dikenal
sebagai gadis kutu buku, dia berusaha untuk tetap ada di lingkungan sosialnya,
tidak apatis dan selalu berusaha menjadi teman yang bisa membantu temannya
meraih nilai memuaskan. “Bunda” begitulah panggilan kesehariannya, seantero
Prodi tahu sosok yang sering dipanggil “Bunda” ini.
Semester demi
semester dia lewati sesuai dengan target-target yang ia tetapkan sebelum
perkuliahan dimulai. Rantai A pun terpajang indah di transkrip nilai
semesterannya. Suatu kebanggaan bisa mendapatkan IPK yang tak pernah kurang
dari 3,85.
Memasuki tahun
ke-3, gadis ini menunjukan sosok lain. Tak seperti biasanya dia telat memasuki
kelas, jarang berkomunikasi dengan temannya dan bahkan lupa mengerjakan tugas.
Beberapa teman dekat di kelasnya berusaha mencari tahu penyebab perubahan
“Bunda”-nya. Tak lama terungkaplah bahwa gadis ini telah memiliki seseorang
yang amat dicintainya. Betapa mengejutkannya saat teman-temannya tahu bahwa
laki-laki yang dicintai sosok "Bunda” ini adalah laki-laki paling bengal
dan paling apatis dengan jadwal kuliah.
Sindiran
teman-teman tentang perubahannya tak lantas merubah sikap apatisnya terhadap
lingkungan sosialnya. Gadis itu, bergandengan setiap saat dengan pujaan
hatinya. Dimanapun, kapanpun, selalu terlihat berdua. Tak ada lagi sosok
“Bunda” yang selalu terlihat memimpin diskusi kelompok di pojokan gedung
rektorat, tempat favoritnya bersama teman-temannya. Pojok gedung rektorat yang nyaman
itu sekarang hanya menampilkan fenomena manisnya memiliki seorang pujaan hati.
Hal ini membuat teman-teman sekelasnya iri dan tak pernah lagi memanggilnya
“Bunda” bahkan tak menyapanya sama sekali. Keputusannya untuk tidak menanggapi
berbagai sikap temannya itu diperkuat oleh sosok pangeran pujaan yang
menjanjikan kebahagiaan dan kenyamanan untuknya.
Hanya satu
teguran yang bisa membuatnya sedikit tersadar. Mrs. Herna, dosen wali yang
sangat bangga atas prestasinya dulu, yang tak pernah absen menanyakan
perkembangan pembelajarannya, menasehatinya untuk kembali fokus belajar
memperbaiki indeks prestasinya yang turun hingga 0,50 point. Mrs. Herna
memberitahu bahwa semester baru nanti akan ada instansi swasta yang akan
memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang unggul dari segi indeks prestasi. Gadis
yang dulu dikenal sebagai “Bunda” tersadar dan termotivasi untuk mendapatkan
beasiswa yang akan menanggung biaya pendidikannya hingga 1 tahun kedepan.
“Aku harus
berubah seperti dulu!” ujarnya percaya diri. Tekadnya untuk berubah seperti
dulu sangat besar sebesar tantangannya juga. Pujaan hatinya sering kali protes
saat dia membawa buku ke tempat biasa mereka nongkrong. “ Kamu pilih sama aku
atau sama kerjaan kamu itu?”, “Kamu kesini mau nemenin aku atau ngacuhin aku
sih? Udah kaya pajangan aja disini.”. Inilah tantangannya, sikap
kekanak-kanakkan dari pujaan hatinya, tapi hal itu tidak membuatnya berpikir
ulang untuk mempertahankan hubungan mereka, dia mengalah dan mengatur waktu
sedemikian rupa hingga waktu nongkrongnya itu tak harus diganggu dengan
kegiatan belajar.
“Tuhan,
lelahnya aku!”. Keluhan seperti itu yang selalu terucap disetiap malam yang
harus dia gunakan untuk memperbaiki prestasinya. Hampir setiap hari dia pulang
pukul 19.00 karena harus menemani pujaan hatinya nongkrong, latihan band, hunting
kostum manggung, dan terkadang membantu pujaannya itu mengerjakan, mungkin
lebih tepatnya mengerjakan semua tugas kuliah si pujaan. Hanya kamar dirumah
sajalah tempat yang bisa dia gunakan untuk mengejar indeks prestasinya yang
dulu.
Ternyata suatu
kebiasaan atau pola hidup yang telah lama dilakukan tapi kemudian ditinggalkan
begitu saja, akan terasa sulit lagi untuk dimulai. Untuk mencapai IPK 3,85 lagi
sulit sekali. Usaha untuk menurunkannya tidak perlu waktu lama, cukup satu
semester maka turunlah indeks prestasi, tapi untuk menaikkannya butuh lebih
dari satu semester.
Sosok “Bunda”
bagi teman-temannya kini merasakan penyesalan yang tak terkira. Beasiswa yang
dia idamkan tak berhasil dia raih, malah diraih oleh saingannya yang selama ini
sulit mengalahkannya. “Tuhan, kenapa aku harus seperti ini? Apa sebenarnya akar
dari masalah aku ini?”. Gadis ini menjerit dalam hati saat menerima kabar dari
dosen walinya bahwa dia gagal mendapatkan beasiswa itu. Beruntung dosen walinya
masih tetap memberikan motivasi kepadanya untuk tetap berusaha mencapai indeks
prestasi yang ditargetkan. “Kamu sudah sangat hebat, perubahan kamu untuk
kembali patut diacungi jempol. Soal beasiswa itu bukan tolak ukur kamu berhasil
berubah atau tidak melakukan perubahan, dengan melihat kenaikan indeks prestasi
kamu sebanyak 0,20 point saja itu sudah sangat luar biasa. Tetap semangat yah.
Saya menyarankan kamu untuk segera meninggalkan hal-hal yang membuat perubahan
negatif pada dirimu. Yakinlah, apapun yang kamu inginkan, suatu saat nanti
pasti akan tercapai jika kamu sekarang berani lelah dan berkorban banyak hal.
Tuhan tidak akan merubah manusia yang tidak mau berubah, benarkan?”. Dosen
walinya memberi nasehat yang menyadarkannya akan hal-hal yang sebenarnya
membuat gadis ini seperti sekarang. Senyum lebar dosen walinya saat memberikan
motivasi seolah menjadi energi tambahan untuknya memutuskan langkah yang akan dia
ambil untuk perubahan dirinya ke arah yang lebih baik.
Kini, seantero
Prodi kembali berpihak padanya. Sosok “Bunda” kembali memotivasi teman-temannya
untuk fokus dalam pembelajaran. Pojok rektorat itu kembali ramai oleh
argumen-argumen yang luar biasa dari mahasiswa yang berdiskusi dengannya. “Aku
harus berubah. Masa depanku harus luar biasa. Pengorbananku sekarang akan
berbuah manis di masa depan nanti” tekadnya dalam hati. Tak ada lagi sosok
pujaan hati yang membuatnya malas, lupa tugas, telat mengikuti perkuliahan dan
meninggalkan komunitas diskusinya. Tanpa harus memutuskan hubungan, gadis ini
bisa terbebas dari laki-laki yang telah membuatnya sadar betapa tidak ada
manfaatnya menjadi sosok yang tidak kompetitif di kampus. Laki-laki itu dengan
mudah saja meninggalkannya setelah kesal
dengan ungkapannya yang ingin mengejar impian. “Ini kasih sayang Tuhan untukku
yang sempat berpaling dari jalan-Nya” bisik hatinya.
Hari ini adalah
pengumuman kelulusan hasil sidang skripsi yang telah dia hadapi kemarin.
Suasana sidang yang cukup menantang dan membuatnya banyak beragumen untuk
mempertahankan isi skripsinya. Ada rasa pesimis dalam hatinya karena ada
pertanyaan yang tidak bisa dia jawab dengan sempurna. Pembantu III Dekan
Fakultas mulai mengumumkan hasil kelulusan sidang secara berurutan sesuai
besarnya indeks prestasi kumulatif selama 9 semester. “Urutan pertama diraih
oleh Latifah Nur Firdaus dengan indeks prestasi kumulatif 3,85 silakan
memperkenalkan diri dan menyebutkan rencana studi selanjutnya”. Ya, nama gadis
itu di panggil sebagai peraih indeks prestasi terbesar di Prodinya. Rasa haru,
tak percaya, bangga, dan bahagia bercampur jadi satu. “Perkenalkan nama saya
Latifah Nur Firdaus dari Program Studi Pendidikan Biologi, rencana studi
selanjutnya Insyaallah saya akan melanjutkan program pasca sarjana ke UGM untuk
jurusan Botani”. Suaranya terdengar bergetar menahan tangis bahagianya, air matanya
hampir menetes setelah melakukan perkenalan itu.
Tiga koma
delapan lima, angka yang begitu berharga bagi Latifah. Dengan angka itu dia
sempat terlena oleh kemahsyuran namanya di Prodi. Dengan angka itu dia bisa
tersadar akan kesalahan yang telah dia perbuat. Dengan angka itu dia bisa
kembali menjadi sosok yang lebih berguna untuk dirinya dan orang-orang
disekitarnya.
Sosok Latifah
yang begitu luar biasa bisa terjatuh saat tidak bisa menggunakan akal sehat dan
hatinya dengan benar. Akan tetapi, sosok Latifah ini masih tetap luar biasa
karena bisa bangkit dari kesalahannya. Tak ada sungai yang airnya selalu
jernih, tapi air sungai itu akan terus mengalir hingga airnya kembali jernih.
dipublish di : gurumenulisindonesia.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar